Dalam hidup ini kita seringkali melihat semut. Bahkan di sekitar lingkungan kita tidak sulit menjumpai semut. Namun, jarang sekali diantara kita yang mau bertafakkur dan mengambil hikmah dari penciptaan semut ini.
Sesungguhnya Allah menciptakan semut disertai pula dengan pemberian hidayah kepada mereka. Semut-semut itu hidup di bawah petunjuk sehingga perilakunya sangat menakjubkan. Banyak keunikan yang ada pada semut.
Ukuran tubuhnya sangat kecil jika dibandingkan dengan makhluk lain. Namun berkat petunjuk itu, insting semut menjadi luar biasa. Bahkan mengalahkan insting binatang yang lebih besar darinya.
Setiap hari semut yang kecil itu keluar dari sarang (rumahnya) untuk mencari makanan. Mereka mempunyai ketangguhan dalam melakukan perjalanan. Meskipun tempatnya jauh, mereka akan menempuhnya tanpa merasa lelah.
Jika ia beruntung dan mendapatkan rejeki (makanan), meskipun lebih besar dari tubuhnya, ia akan mendorong atau menarik meskipun melewati jalan sulit dan berliku. Ia tak kenal menyerah. Usaha dan kerja kerasnya dilakukan sampai makanan itu benar-benar sampai ke liang rumahnya.
Dalam mencari sumber makanan, semut-semut ini menggunakan hidayah/petunjuk Allah, yang disebut insting. Bila telah menemukannya, ia membangun jalan. Kelompok masyarakat semut ini akan melewati jalan yang telah disepakati. Tak ada yang membuat jalan baru di luar kesepakatan.
Semut adalah makhluk paling ramah dan paing mengerti bersilaturrahmi. Perhatikanlah, setiap berpapasan jalan selalu bertegur sapa satu sama lainnya. Hal ini merupakan sifat orang beriman dan berakhlak mulia.
Masyarakat semut mempunyai sifat gotong-royong (kerjasama) yang tinggi dan ikhlas. Jika makanan yang didapatkan itu besar, mereka bahu-membahu membawanya hingga sampai ke sarang. Mereka tak pernah mengenal lelah mengusung makanan secara bersama-sama meskipun melalui jalan berliku, turun dan naik.
Semut mepunyai kebiasaan hidup hemat. Makanan yang didapatkan tidak langsung dihabiskan begitu saja. Namun mereka menyimpan di sarangnya sebagai bahan persediaan. Jika mendapati biji-bijian yang masih segar, mereka akan membelahnya menjadi dua atau lebih. Tujuannya agar tidak tumbuh hidup. Jika simpanan makanan itu basah dan dikhawatirkan akan membusuk dan rusak, maka mereka akan menjemurnya di depan pintu rumahnya ketika matahari bersinar. Setelah kering, ia mengembalikannya ke tepat semula.
Semut mempunyai disiplin dan amanah yang tinggi. Tidak seekor semut pun yang mau memakan bahan persediannya. Tentang petunjuk Allah terhadap semut dikisahkan dalam Al-Qur’an, misalnya ketika mereka berbicara dengan temannya yang sempat didengar oleh Nabi Sulaiman.
“Wahai para semut, masuklah ke dalam sarang-sarang kalian, agar kalian tidak diinjak Sulaiman dan tentaranya, sedang mereka tidak menyadari.” (QS. An-Naml:18).
Seekor semut memberitahu teman-temannya bahwa balatentara Nabi Sulaiman sedang melintas. Agar tidak terinjak, disarankan untuk memasuki sarang. Semut-semut memaklumi karena misalnya balatentara menginjaknya hal itu wajar karena mereka tidak mengetahuinya.
Emikian itu merupakan pemberian petunjuk (hidayah) yang sangat menakjubkan. Reungkanlah bagaimana Tuhan menghormati keberadaan semut melalui ayat berikut:
“Dan dihimpun untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia, dan burung, lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan). Hingga apabila mereka sampai di lembah semut, maka seekor semut berkata, ‘Wahai semutsemut, masuklah ke dalam sarang-sarang kalian, agar kalian tidak diinjak Sulaiman dan tentaranya, sedang mereka tidak menyadari’.” (QS An Naml:17-18)
Dapatlah dipahami bahwa Allah swt. memberitahukan, jika Nabi Sulaiman dan pasukannya akan melintasi lembah semut. Lalu Allah juga menerangkan betapa semut itu cerdas dan teliti. Dimana seekor semut menyuruh teman-temannya masuk dan berlindung ke dalam tempat tinggalnya masing-masing. Semut tadi mengetahui bahwa masing-masing kelompok semut memiliki tempat sendiri-sendiri yang tidak boleh dimasuki kelompok semut lainnya. Selanjutnya seekor semut tadi berkata, “Agar kalian tidak diinjak Sulaiman dan pasukannya.”
Selain itu, semut itu juga memberitahukan bahwa pasukan Sulaiman tidak menyadari. Seakan-akan semut tadi menyatukan antara alasan bahwa Sulaiman dan pasukannya tidak menyadari dan kecaman umat seut, dimana mereka tidak berhati-hati dan tidak masuk ke dalam rumah mereka.
Mendengar kata-kata itu, Nabi Sulaiman yang dapat memahami bahasa binatang menjadi tersenyum.
Al-Zuhri pernah meriwayatkan dari Abdullah bin Abdullah bin Uyainah dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah saw. melarang membunuh semut, lebah, burung Hud-hud, dan burung Shurad.
Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda , “Ada seeorang nabi yang singgah di bawah pohon, lalu ia digigit semut. Lalu ia menyuruh membinasakannya dan menyuruh mencari tempat persembunyian semut tersebut. Setelah itu ia menyuruh untuk membakar tempat tinggal semut. Kemudian Allah menanyakan kepadanya, “Apakah hanya karena gigitan seekor semut engkau akan membakar satu umat yang senantiasa bertasbih, mengapa tidaka satu semut saja yang kau bunuh?” (HR. Imam Bukhari)
Semut adalah binatang yang cerdas. Kecerdasannya karena instingnya. Insting yang dimiliki adalah hidayah dari Allah. Keajaiban lainnya yang mereka miliki ialah tahu Tuhannya berada di langit di atas Arsy-Nya.
Hadits riwayat Imam Ahmad dari Abu Hurairah ra. menerangkan : Ada seorang nabi yang pergi bersama beberapa orang untuk mencari air. Tib-tiba ia menemukan seekor semut. Dua kaki binatang itu mengarah ke langit seperti orang yang sedang memanjatkan doa. Semut itu berucap, “Kembalilah pulang, karena kalian telah dimintakan air oleh selain kalian.”
Begitu juga riwayat dari Waki’ yang menjelaskan bahwa Abu Shadiq an_Naji’ bercerita demikian : Suatu ketika Sulaiman bin Dawud pergi mencari air. Ia melihat seekor semut sedang bersandar ke punggungnya dan mengangkat kedua kaki depannya ke langit seraya berucap, “sesungguhnya kami adalah salah satu makhluk dari makhluk-makhlukMu, kami sangat butuh siraman da rejekiMu. Baik Engkau akan mengucurkan air dan rejeki kepada kami atau membinasakan kami.” Lalu Sulaiman berkata, “Kembalilah pulang, kalian akan diberi air melalui doa selain diri kalian.”
Menurut Ibnu Katsir bahwa seekor semut pergi keluar dari rumahnya, lalu menemukan bangkai belalang. Ia berusaha membawa bangkai itu, namun tidak mapu melakukannya. Ia pergi mencari bantuan, kemudian kembali dengan teman-temannya. Mereka mencoba menggotong bangkai yang terlalu besar dibandingkan tubuh mereka. Namun tak mampu. Lalu Allah memberikan insting sehingga semut-semut itu memotong beberapa bagian sehingga memungkinkan untuk digotongnya untuk menuju ke sarang.
Sekali lagi, keunikan semut adalah ia merupakan hewan paling hemat. Sampai-sampai Nabi Sulaiman tertarik untuk menanyakan kepada semut, “Berapa banyak makanan yang dikonsumsi seekor semut pada setiap tahunnya?” para semut menjawab, “Sebanyak tiga biji gandum.”
Nabi Sulaiman kemudian menaruh semut itu dalam suatu botol kaca dan memberinya tiga biji gandum. Lalu menutupnya agar semut itu tidak keluar. Setelah setahun berjalan, Nabi Sulaiman membuka tutup botol kembali. Ternyata, masih tersissa setengah biji gandum. Sulaiman pun bertanya, “Katamu dalam setahun engkau membutuhkan tiga biji gandum?” semut itu menjawab, “Benar. Tetapi ketika aku menyaksikan engkau sibuk mengurusi rakyatmu, aku memperkirakan bahwa sisa umurku akan lebih dari waktu yang engkau tentukan; yaitu satu tahun. Lalu aku memakan separuhnya saja. Dan separuhnya lagi kusisakan untuk makananku berikutnya.”
Sulaiman benar-benar takjub terhadap sifat hemat yang dimiliki binatang itu. Sifat hemat tersebut merupakan petunjuk atau hidayah Allah kepada semut.
Hikmah yang dapat diambil sebagai pelajaran adalah sifat hemat tersebut. Lihatlah ketika musim kemarau, mereka bekerja keras mengumpulkan makanan. Lalu disimpan di dalam sarang. Tak seekor pun dari masyarakat semut itu memakannya. Sebab bahan makanan itu sebagai cadangan untuk musim dingin (penghujan). Mereka tahu, musim hujan akan suli baginya mendapatkan makanan.
Allah swt. memberikan insting (hidayah) kepada semut berupa daya penciuman yang luar biasa. Jika kita menjatuhkan makanan yang tak berbau, maka dalam waktu singkat semut di tempat jauh akan mencium keberadaan makanan itu. Lalu semut itu mendatanginya. Apabila makanan itu terlalu besar dan berat untuk dibawa sendirian, ia kembali mengajak teman-temannya. Dengan bekerjasama mereka harus berhasil mengusung rejeki dari Tuhan itu.
Satu hal yang perlu dicatat ialah, sesungguhnya semut-semut itu mempunyai penciuman yang selalu tepat, kemauan yang kuat, sangat hemat, dan keberanian untuk membawa beban yang lebih berat dari dirinya meskipun berlipat-lipat.
Sumber: Kun Faya Kun karya Ibnu Qayyim Al Jauziyah
By Rosarina nurul f
0 komentar:
Posting Komentar