Visit Asy syifa 2012

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah. ”(Ali Imran / 3 : 110)

Labelisasi Halal Obat dan Kosmetik

"Labelisasi Halal Obat dan Kosmetik Untuk Menjamin Mutu Produk Farmasi Indonesia yang Aman dan Berkualitas"

UKKI Asy Syifa Fakultas Farmasi Universitas Jember

"Remember Allah Always"

This is my Family

periode 2010/2011

This is my Family

periode 2010/2011

This is my Big Family

SKIFI Sentra Kerohanian Islam Farmasi Indonesia 2011

This is SUSPENSI

Suplement Pengetahuan Islam Farmasi

Kepengurusan 2011/2012

'' Yaa Robbi, kuatkanlah kami, rapatkan barisan kami, istiqomahkan kami... Semoga kami senantiasa terhimpun dalam 1 ikatan ukhuwah yang penuh dengan kehangatan dan kecintaan dari-Mu''

Senin, 31 Januari 2011

Merenung tentang Kegagalan



Gagal itu bagian dari kehidupan, suatu ketetapan yang haq dari Allah Swt. atas tiap makhluknya.


Seorang balita akan bisa berjalan apabila ia telah melalui proses kegagalan berdiri, seekor burung kecil tidak akan bisa terbang sebelum ia telah melewati fase-fase kegagalan dalam pengepakan sayap..


Banyak hal menakjubkan yang tidak kita sadari, berawal dari kegagalan. Kegagalan sendiri secara garis besar terdefinisi sebagai suatu keadaan tidak menyenangkan yang terjadi dalam proses pengembangan diri seseorang untuk menjadi lebih baik (ingat, yg namanya keadaan, bisa diubah).


Hakikatnya, seorang yang sedang berusaha pasti akan terancam dengan kegagalan.Orang sering bertanya, 

"Bagaimana menghindari kegagalan atau rasa sedih akibat kegagalan?"..
Prepare your self before the match, siap menang 30%; siap gagal 70%->insyaALLAH itu jawabnya.

Lantas, 
"Bagaimana dengan seseorang  gagal yang belum preparing sebelum pertandingannya ??  "; jawabannya:
"Tanyakan pada dirinya sejujur-jujurnya, apabila ia menduduki posisi sukses yg ia dambakan, beranikah ia mengambil resiko sebagai orang besar, yg selalu mndapat ujian iman lebih besar drpd seseorang berderajat lebih rendah di bawahnya atau yg selalu mendapat lawan selain kawan?? Sudahkah kejujuran dan keprofesionalitasan bersaing telah menjadi bagian dari dirinya selama ini??Sudah banyakkah pengalamannya atas itu??"

Jika jawabannya belum, berlatih dulu dalam posisi kekalahannya saat ini adalah lebih baik untuk menjadi pemenang di masa datang (terus berusaha, jgn putus asa)


Jika jawabannya sudah, berarti ia paham tentang hakikat hidup selama ini. Menjawab pertanyaan di atas tidaklah mudah. Seseorang yang mendapati jawaban sempurna atas pertanyaan tsb dalam dirinya, insyaAllah ia seorang yang berjiwa besar, yang tetap fokus pada tujuan dan ikhlas dalam menjalani hidup. Dan tahukah Anda, bahwa orang seperti inilah yang sebenarnya mendapat rahmat dari Tuhan-nya. Ia tetap menjaga amanah seorang hamba dan khalifah di bumi ini. Ia paham bahwa hidup itu benar2 tempat singgah yang sementara sekaligus lahan subur untuk menanam modal amalan baik. Karena itu, orang cerdas yg seperti inilah yang menjadi harapan dunia dan akhirat(surga).


Gagal itu anugerah.. Betapa tidak-menyadarinya orang yang benci menerimanya, bahwa ia baru saja memprotes suatu ketentuan tentang:
  1. penjagaan iman dirinya dari degradasi iman apabila ia tidak gagal,
  2. penyelamatan dirinya dari musibah yang dpt ia peroleh apabila ia tidak gagal,
  3. kenaikan derajat imtaq dirinya, yang bisa tidak ia dapatkan bila ia tidak gagal,
  4. rahmat Tuhan-nya dalam bentuk 'kegagalan' bagi dirinya; ia tidak akan dpt rahmat bila ia tdk gagal.

by UKKI Asy Syifa

Untuk kita, Pemuda



''Islam sangat menganjurkan agar pemeluknya membentuk kumpulan-kumpulan bernuansan kekeluargaan (usrah) dengan tujuan mengerahkan mereka untuk mencapai tingkat keteladanan, mengokohkan persatuan, dan mengangkat konsep persaudaraan diantara mereka dari tataran kata-kata dan teori menuju kerja dan operasional yang konkret. Oleh karenanya bersungguh-sungguhlah engkau wahai saudaraku untuk menjadi batu bata yang baik dalam bangunan islam ini’’

Wahai pemuda

Sesungguhnya, sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang dijalannya, semakin bersemangat merealisasikannya, dan kesiapan untuk beramal dan berkorban mewujudkannya. Sepertinya keempat rukun ini yaitu iman, ikhlas, semangat dan amal merupakan karakter yamg melekat pada diri pemuda, karenanya sungguh dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang bertaqwa, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dan dasar amal adalah kemauan yang kuat. Itu semua tidak terdapat kecuali pada diri pemuda.


Oleh karenanya sejak dulu hingga sekarang pemuda merupakan pilar kebangkita. Dalam setiap kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuatannya. Dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya.


"Sesungguhnya mereka itu pemuda-pemuda yang beriman yang beriman pada Tuhan mereka dan Kami tambahkan mereka petunjuk." (Al Kahfi : 13)

by Aq, adapted from hb

Minggu, 30 Januari 2011

Dakwah Kepada Allah yang Sebenarnya



Berdakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala adalah satu keharusan bagi umat Islam, dan sesungguhnya agama berdiri di atas dakwah dan jihad dengan ilmu yang bermanfaat. Firman Allah subhanahu wa ta’ala
(yang artinya):=


Demi masa. * Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, * kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS.al 'Ashr:1-3)


Iman adalah mengetahui Allah subhanahu wa ta’ala, nama-nama dan sifat-sifat-Nya, beribadah kepada-Nya, dan amal shalih merupakan cabang (bagian) dari ilmu yang bermanfaat, karena amal harus berdasarkan ilmu, dan berdakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, amar ma'ruf, saling memberi nasehat di antara kaum muslimin merupakan suatu keharusan. Namun tidak semua orang bisa melaksanakan tugas ini. Perkara ini (berdakwah) tidak bisa dilaksanakan kecuali oleh ahlul ilmu (ulama) dan yang mempunyai pemikiran yang matang. Karena dakwah adalah perkara berat yang sangat penting, tidak bisa melaksanakannya kecuali orang yang punya kemampuan. Dan termasuk musibah di masa sekarang bahwa pintu dakwah menjadi pintu yang luas, setiap orang bisa masuk dan dinamakan dakwah. Padahal bisa jadi ia seorang yang jahil tidak bisa berdakwah. Akibatnya ia merusak yang sudah baik, karena terlalu bersemangat dan ingin cepat berhasil. Dampak tindakannya adalah munculnya keburukan melebihi yang dia tangani dan yang ingin dia perbaiki. Terkadang ada orang yang mengatas namakan dakwah justru punya keinginan tertentu untuk mencemarkan dakwah dan mengacaukan pemikiran pemuda dengan nama agama dan cemburu terhadap agama. Padahal dia menginginkan sebaliknya seperti penyimpangan pemuda dan menjauhkan mereka dari masyarakat, pemerintah dan para ulama. Ia datang mendatangi mereka dengan cara nasehat dan dakwah secara lahir –seperti kondisi orang-orang munafik dalam umat ini yang menginginkan keburukan dalam bentuk kebaikan untuk manusia-. Saya berikan contoh: para pendiri masjid dhirar, mereka membangun masjid dalam bentuknya dan nampaknya merupakan amal shalih. Mereka meminta kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam agar shalat di dalamnya supaya manusia ingin shalat didalamnya. Namun Allah subhanahu wa ta’ala mengetahui niat para pendirinya bahwa mereka ingin mengacaukan kaum muslimin dan menghancurkan masjid Quba` yang merupakan masjid pertama yang dibangun di atas taqwa. Mereka ingin memecah belah persatuan (jama'ah) kaum muslimin. Maka Allah subhanahu wa ta’ala menyatakan tipu daya mereka kepada Rasul-Nya dan menurunkan firman-Nya: 


Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang. orang yang mendirikan mesjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mu'min), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mu'min serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah:"Kami tidak menghendaki selain kebaikan". Dan Allah subhanahu wa ta’ala menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya) * Janganlah kamu shalat dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih. (QS. at-Taubah:107-108) 


Sudah jelas bagi kita dari cerita yang agung ini bahwa tidak setiap orang yang menampakkan diri berbuat baik dan beramal shalih adalah benar dalam perbuatannya. Terkadang ada niat yang lain di balik perbuatannya. Maka orang-orang yang mengatasnamakan dakwah pada masa sekarang, di antara mereka ada yang menyesatkan, menyimpangkan pemikiran para pemuda, memalingkan manusia dari agama yang benar, memecah belah kaum muslimin dan menimbulkan kekacauan, dan Allah subhanahu wa ta’ala memberikan peringatan kepada kita dari mereka: 


Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka bergegas-gegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di antaramu; sedang di antara kamu ada yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. Dan Allah subhanahu wa ta’ala mengetahui orang-orang yang zalim. (QS. at-Taubah:47)Standarnya bukanlah nama atau penampilan lahiriyah, namun standarnya adalah hakikat dan hasilnya, dan orang-orang yang mengatasnamakan dakwah harus dilihat pada mereka: di mana mereka belajar? Dari mana mereka mengambil ilmu? Di mana mereka tumbuh? Apa aqidahnya? Dan engkau melihat amal perbuatan mereka dan pengaruh mereka di tengah masyarakat, kebaikan apakah yang telah mereka lakukan? Perbaikan apakah yang nampak dari perbuatan mereka? Maka harus dipelajari kondisi mereka sebelum tertipu dengan ucapan dan penampilan mereka. Ini adalah perkara yang sudah menjadi keharusan, terutama di masa sekarang yang banyak sekali du'at fitnah, dan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam menggambarkan bahwa du'at fitnah adalah:


قال رسول الله : (قَوْمٌ مِنْ بَنِي جَلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُوْنَ بِأَلْسِنَتِنَا)


"Satu kaum dari golongan (suku, kelompok) kita dan berbicara dengan bahasa kita."
Dan tatkala Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang para du'at fitnah (penyeru kekacauan, kesesatan), beliau bersabda:


قال رسول الله  : (دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ, مَنْ أَطَاعَهُمْ قَذَفُوْهُ فِيْهَا)


"Para penyeru menuju pintu neraka jahanam, barangsiapa yang taat kepada mereka niscaya mereka menjerumuskannya di dalamnya."[1]


Beliau menamakan mereka du'at. Maka kita harus sadar dalam hal ini. Janganlah kita berkumpul dalam dakwah kepada semua orang dan setiap orang yang berkata: aku berdakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dan ini adalah jama'ah yang berdakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Harus dilihat realitanya. Harus diperhatikan realita individu dan kelompok. Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala mengaitkan dakwah dengan dakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: 


Katakanlah:"Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (QS. Yusuf:108)


Hal itu menunjukan bahwa ada orang-orang yang berdakwah (mengajak) kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala, dan Allah subhanahu wa ta’ala mengabarkan bahwa orang-orang kafir mengajak ke neraka, Dia berfirman: 


Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu'min lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu'min) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mu'min lebih baik dari orang-orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah subhanahu wa ta’ala mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah subhanahu wa ta’ala menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintahnya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. (QS. al-Baqarah:221)
Para du'at harus melihat perkara mereka. Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah berkata tentang ayat ini: 


Katakanlah:"Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (QS. Yusuf:108)


Padanya merupakan peringatan untuk ikhlas, karena banyak orang yang jikalau berdakwah kepada kebenaran, maka ia berdakwah untuk dirinya sendiri.


Syaikh Shalih al-Fauzan – Hiwar ma'a 'alim (diskusi bersama ulama) hal 22-25. dikumpulkan dan disusun oleh Umar Abdurrahman al-Umar.


Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan
hafidhahullah
[1] Al-Bukhari 3606, 7084 Muslim 1847
[2] Kitab Tauhid hal 21 dengan sedikit perbedaan.

----------------------------------------------------
Sumber diperoleh dari:
Hudzai. 2010. Dakwah kepada Allah yang Sebenarnya. [www.iloveallaah.com]
diaskes desember 2010
(di-download untuk orientasi Islam mahasiswa)


by: UKKI Asy-Syifa’

Sabtu, 29 Januari 2011

Kisah Dua Orang Sol Sepatu

Mang Udin, begitulah dia dipanggil, seorang penjual jasa perbaikan sepatu yang sering disebut tukang sol. Pagi buta sudah melangkahkan kakinya meninggalkan anak dan istrinya yang berharap, nanti sore hari mang Udin membawa uang untuk membeli nasi dan sedikit lauk pauk. Mang Udin terus menyusuri jalan sambil berteriak menawarkan jasanya. Sampai tengah hari, baru satu orang yang menggunakan jasanya. Itu pun hanya perbaikan kecil.


Perut mulai keroncongan. Hanya air teh bekal dari rumah yang mengganjal perutnya. Mau beli makan, uangnya tidak cukup. Hanya berharap dapat order besar sehingga bisa membawa uang ke rumah. Perutnya sendiri tidak dia hiraukan.

Di tengah keputusasaan, dia berjumpa dengan seorang tukan sol lainnya. Wajahnya cukup berseri. “Pasti, si Abang ini sudah dapat uang banyak nich.” pikir mang Udin. Mereka berpapasan dan saling menyapa. Akhirnya berhenti untuk bercakap-cakap.


“Bagaimana dengan hasil hari ini bang? Sepertinya laris nich?” kata mang Udin memulai percakapan.


“Alhamdulillah. Ada beberapa orang memperbaiki sepatu.” kata tukang sol yang kemudian diketahui namanya Bang Soleh.


“Saya baru satu bang, itu pun cuma benerin jahitan.” kata mang Udin memelas.


“Alhamdulillah, itu harus disyukuri.”


“Mau disyukuri gimana, nggak cukup buat beli beras juga.” kata mang Udin sedikit kesal.


“Justru dengan bersyukur, nikmat kita akan ditambah.” kata bang Soleh sambil tetap tersenyum.


“Emang begitu bang?” tanya mang Udin, yang sebenarnya dia sudah tahu harus banyak bersyukur.


“Insya Allah. Mari kita ke Masjid dulu, sebentar lagi adzan dzuhur.” kata bang Soleh sambil mengangkat pikulannya.Mang udin sedikit kikuk, karena dia tidak pernah “mampir” ke tempat shalat.


“Ayolah, kita mohon kepada Allah supaya kita diberi rezeki yang barakah.”


Akhirnya, mang Udin mengikuti bang Soleh menuju sebuah masjid terdekat. Bang Soleh begitu hapal tata letak masjid, sepertinya sering ke masjid tersebut.Setelah shalat, bang Soleh mengajak mang Udin ke warung nasi untuk makan siang. Tentu saja mang Udin bingung, sebab dia tidak punya uang. Bang Soleh mengerti,


“Ayolah, kita makan dulu. Saya yang traktir.”. Akhirnya mang Udin ikut makan di warung Tegal terdekat. Setelah makan, mang Udin berkata,


“Saya tidak enak nich. Nanti uang untuk dapur abang berkurang dipakai traktir saya.”


“Tenang saja, Allah akan menggantinya. Bahkan lebih besar dan barakah.” kata bang Soleh tetap tersenyum.


“Abang yakin?”


“Insya Allah.” jawab bang soleh meyakinkan.


“Kalau begitu, saya mau shalat lagi, bersyukur, dan mau memberi kepada orang lain.” kata mang Udin penuh harap.


“Insya Allah. Allah akan menolong kita.” Kata bang Soleh sambil bersalaman dan mengucapkan salam untuk berpisah.


Keesokan harinya, mereka bertemu di tempat yang sama. Bang Soleh mendahului menyapa.
“Apa kabar mang Udin?”


“Alhamdulillah, baik. Oh ya, saya sudah mengikuti saran Abang, tapi mengapa koq penghasilan saya malah turun? Hari ini, satu pun pekerjaan belum saya dapat.” kata mang Udin setengah menyalahkan.
Bang Soleh hanya tersenyum.


Kemudian berkata,“Masih ada hal yang perlu mang Udin lakukan untuk mendapat rezeki barakah.”


“Oh ya, apa itu?” tanya mang Udin penasaran.


“Tawakal, ikhlas, dan sabar.” kata bang Soleh sambil kemudian mengajak ke Masjid dan mentraktir makan siang lagi.


Keesokan harinya, mereka bertemu lagi, tetapi di tempat yang berbeda. Mang Udin yang berhari-hari ini sepi order berkata setengah menyalahkan lagi,


“Wah, saya makin parah. Kemarin nggak dapat order, sekarang juga belum. Apa saran abang tidak cocok untuk saya?”


“Bukan tidak, cocok. Mungkin keyakinan mang Udin belum kuat atas pertolongan Allah. Coba renungkan, sejauh mana mang Udin yakin bahwa Allah akan menolong kita?” jelas bang Soleh sambil tetap tersenyum.Mang Udin cukup tersentak mendengar penjelasan tersebut. Dia mengakui bahwa hatinya sedikit ragu. Dia “hanya” coba-coba menjalankan apa yang dikatakan oleh bang Soleh.


“Bagaimana supaya yakin bang?” kata mang Udin sedikit pelan hampir terdengar.


Rupanya, bang Soleh sudah menebak, kemana arah pembicaraan.“Saya mau bertanya, apakah kita janjian untuk bertemu hari ini, disini?” tanya bang Soleh.


“Tidak.”


“Tapi kenyataanya kita bertemu, bahkan 3 hari berturut. Mang Udin dapat rezeki bisa makan bersama saya. Jika bukan Allah yang mengatur, siapa lagi?” lanjut bang Soleh. Mang Udin terlihat berpikir dalam. Bang Soleh melanjutkan, “Mungkin, sudah banyak petunjuk dari Allah, hanya saja kita jarang atau kurang memperhatikan petunjuk tersebut. Kita tidak menyangka Allah akan menolong kita, karena kita sebenarnya tidak berharap. Kita tidak berharap, karena kita tidak yakin.”


Mang Udin manggut-manggut. Sepertinya mulai paham. Kemudian mulai tersenyum.


“OK dech, saya paham. Selama ini saya akui saya memang ragu. Sekarang saya yakin. Allah sebenarnya sudah membimbing saya, saya sendiri yang tidak melihat dan tidak mensyukurinya. Terima kasih abang.” kata mang Udin, matanya terlihat berkaca-kaca.


“Berterima kasihlah kepada Allah. Sebentar lagi dzuhur, kita ke Masjid yuk. Kita mohon ampun dan bersyukur kepada Allah.”Mereka pun mengangkat pikulan dan mulai berjalan menuju masjid terdekat sambil diiringi rasa optimist bahwa hidup akan lebih baik.

by UKKI Asy Syifa

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More